Puas. Itulah yang aku rasakan ketika berhasil menyelesaikan tulisan tulisanku. Aku sama sekali tidak menyangka, hobi yang dulu selalu terbentur sifat malasku, kini seakan menjadi sahabat utamaku.
Dengan menulis aku bisa curahkan semua unek - unekku. Perasaan bahagia, sakit, cemburu, iri dan segala rasa lainnya bisa aku lepas bersamaan dengan tulisan tulisanku tanpa ada yang tahu untuk siapa perasaan bahagia, sakit, cemburu atau iri itu aku tujukan.
Dengan menulis, aku menemukan sahabat yang tidak pernah mengeluh mendengar keluh kesahku. Tidak pernah jenuh menerima ocehanku dan tidak pernah berkomentar atas apa yang aku curahkan, karena kadang.. aku ingin didengar tanpa dikomentari.
Pribadiku yang cenderung tertutup, terkadang membawaku ke sebuah dimensi kesunyian yang begitu menyiksa. Aku sering menyembunyikan apapun yang menyesakkan dada hanya karena tidak mau orang orang mengkasihani aku. Aku lebih memilih sikap diam dalam mengelola kesunyian yang aku rasakan.
Tidak jarang orang orang disekitarku memanfaatkan sifat diamku sebagai tempat yang pas untuk berkeluh kesah. Mereka menjadikan hati, pikiran dan perasaanku sebagai tong sampah untuk menampung unek unek mereka. Bagiku... tak ada masalah dengan itu, kepercayaan mereka terhadapku menjadi penghibur kesunyianku. Tapi tidak jarang, unek unek mereka makin menambah beban fikiranku.
Banyak diantara orang orang sekitarku, menganggap sifatku yang tertutup dan diam sebagai tanda betapa kokohnya pertahanan hati, fikiran dan perassanku dalam menghadapi carut marutnya cerita hidup. Tapi mereka tidak tahu, apa yang aku tunjukkan diluar, senyum, ekspresi dan perilaku kadang bertolak belakang dengan apa yang aku rasakan. Dan aku benar benar tidak memiliki sahabat seorangpun yang mampu membaca makna dibalik senyum, ekspresi dan perilaku yang aku tunjukkan. Mereka terpaku dengan pesona luar yang aku ciptakan..
Aku ingin dan terobsesi untuk memiliki sahabat yang siap mendengar keluh kesahku tanpa menimpali dengan keluh kesahnya sendiri. Aku ingin setiap kali aku bercerita... Dia mendengar dengan tenang dan berkata "Teruskan ceritamu " bukan menjawab " Kalo aku beda, masalahku.... " Hei... aku ingin didengar, bukan mendengar.
Hingga kini, aku belum menemukan sahabat seperti itu, tapi disela sela pencarianku, aku menemukan sahabat yang setidaknya siap menampung unek unekku. walaupun dia tak akan pernah bisa memberi solusi, tapi aku yakin dia siap mendengarku tanpa memotong bicaraku dan siap mendengar ocehanku tanpa berkomentar. Thanks sobat, aku akan terus MENULIS.
0 komentar:
Posting Komentar